Cerita ini berkisah tentang perjalanan cinta yang dibumbui fitnah, pengorbanan, kehilangan, dan permusuhan berliku dari adat Minang. Namun, menggunakan latar tempat di Tanah Medan, Sumatera Utara dan Kota Jakarta. Bermula dari kebencian Sang Mertua dan iparnya. Wanita sekaligus Ibu berperangai baik nan cantik bernama Mariah, terpaksa mengecap kepahitan buah dari fitnah. Alur yang menyentak emosi tentang kesengsaraan. Mariah, tak dikisahkan lagi setelah ini. Selanjutnya, Hamka mengisahkan tokoh dari sudut pandang lain. Dialah Sofyan, putra kecil Mariah yang kini sudah dewasa. Demi menuntut ilmu hukum di perguruan tinggi, sampailah ia di Jakarta. Sofyan pun menjalin cinta dengan seorang gadis cantik asli Priangan bernama Emi. Kelanjutan ceritanya hanya dapat Anda temukan dalam Novel Terusir. Mahakarya sastra Melayu, terlahir dari goresan tangan Buya Hamka yang sedang ditunggu-tunggu. Dengan kepiawaiannya, Penulis sekaligus Ulama ini meracik alur konflik yang begitu kompleks. Tentunya, membuat kita semakin penasaran mengetahui alur selanjutnya. Sebentar-sebentar menegangkan, mengharukan, membuat emosi, kadang ada kejenakaan, dan keromantisan. Alurnya bergelombang, memainkan perasaan pembaca sehingga tidak membosankan. Penggunaan gaya bahasa Melayu dalam novel ini, membuat suasana Tanah Sumatera terasa semakin kental. Dengan sajian latar waktu zaman Hindia-Belanda, novel ini mengantarkan kita pada masa 1930-an yang klasik erat dengan penjajahan. Berbalut cover berwarna biru, membuat kita semakin mengharu biru seperti alur cerita yang dibuat Hamka dalam novel ini. Novel yang sarat dengan adat, budaya, cinta, keluarga, permusuhan, dan pengorbanan ini sangat layak Anda miliki